
Vanuatu, aquilanews.net – Vanuatu, sebuah negara kepulauan tropis yang terletak di Samudra Pasifik Selatan, menjadi salah satu fokus Hari Doa Sedunia (HDS) yang digelar pada Jumat (5/3/2021) yang lalu.
Vanuatu dipilih karena rentan terhadap gempa bumi, siklon, letusan gunung berapi, dan naiknya permukaan air laut. Pada 6 April 2020 misalnya, Vanuatu dilanda Topan Harold yang melintasi Pasifik dan mengakibatkan kehancuran banyak pulau.
Dipersiapkan oleh Komisi Hari Doa Sedunia Negara Vanuatu, HDS tahun ini mengusung tema “Membangun di atas Dasar yang Kuat” dengan ayat penyokong Matius7: 24-27. Dalam perikop tersebut, Yesus bercerita tentang Kerajaan sorga dengan menggunakan perumpamaan rumah dan tanah tempat rumah itu dibangun.
Bagi masyarakat Vanuatu, memilih tanah untuk membangun rumah merupakan keputusan penting dan sangat strategis. Berbagai pertimbangan akan kondisi dan iklim sangat penting di negara kepulauan tropis yang terletak di Samudra Pasifik Selatan tersebut, yang rentan terhadap gempa bumi, angin topan, letusan gunung berapi, dan naiknya permukaan air laut.
“Dalam perumpamaan yang disampaikan Yesus, hikmat dari orang yang membangun rumah diperolehnya karena mau mendengar dan bertindak atas dasar firman Tuhan, yang merupakan ajaran yang disampaikan semata-mata atas dasar cinta kasih,” kata Direktur Eksekutif Komite Hari Doa Sedunia Internasional Rosângela Oliveira dalam kata sambutannya.
Inilah, tegasnya lebih lanjut, yang juga merupakan landasan bagi para saudara kita yang hendak memanggil kita untuk membangun rumah, bangsa dan dunia yang kita diami. Karena itu, seruan
iman untuk direnungkan dengan sungguh-sungguh saat merefleksikan komitmen pribadi adalah: “Rumah seperti apakah yang akan engkau dirikan?”
Sekitar 173 negara
Melaui Perayaan HDS, ratusan ribu orang merasa dipersatukan melalui doa yang berasal dari sekitar 173 negara. Indonesia salah satu anggota yang mengadakan hari Doa sedunia setiap tahunnya yang diawali sejak tahun 1950 dengan perhatian khusus perempuan dan Anak. HDS sediri dimulai tahun 1927 di Amerika.
Dalam sambutannya, Rosângela Oliveira juga mengungkapkan bahwa para perempuan Vanuatu memuliakan nama Tuhan atas tanah mereka yang subur,suara kicau burung yang merdu, serta riuh suara anak-anak yang kesemuanya mencerminkan cara hidup dan perjuangan mereka sehari-hari dalam memproduksi pangan, kepedulian terhadap lingkungan, dan pendidikan bagi anak-anak.
“Tantangan tersebut merupakan alasan untuk memuji Tuhan yang telah menjadi sumber kekuatan mereka saat mereka memperjuangkan pendidikan, menghindarkan anak-anak dari kekurangan gizi dan memberikan peluang bagi para pemuda,” tukasnya. [Pdt. Ida Pattinama]
Leave a Reply