
Den Haag, aquilanews.net – Sejak pertengahan tahun lalu, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Den Haag, Belanda, melalui Bidang Konsuler mulai mendata warga Indonesia yang terpapar COVID-19-19 atau virus corona di Belanda, untuk penyaluran bantuan logistik dari pemerintah RI. Bantuan itu berupa 2 botol cairan pembersih tangan (hand sanitizer), sekotak mie instant, masker, vitamin C dan vitamin D, minyak goreng dan makanan kemasan sarden, serta kornet beef.
“Bagi warga Indonesia, terutama mereka yang rentan, seperti pekerja migran undocumented (tanpa visa kerja resmi), pelajar, dan mereka yang tinggal sendirian, kami menyediakan bantuan. Awalnya memang tidak mudah untuk mendata mereka, tetapi alhamdullilah melalui 15 kelompok atau jaringan komunitas Indonesia di Belanda, akhirnya bantuan jadi tepat sasaran,” kata Winardi Hanafi Lucky, Atase Bidang Konsuler & Protokol KBRI Den Haag, kepada Kabarbelanda.com, Kamis (8/4/21).
Menurut Lucky, sebagai pelayan masyarakat, KBRI ingin memberikan yang terbaik bagi warga Indonesia yang bermukim di Negeri Kincir Angin itu. Namun dalam pelaksanaannya, ada tantangan yang harus kami cari jalan keluarnya.
Tantangan itu antara lain, tidak semua WNI namanya ada di database KBRI. “Tentu kami kesulitan mendata siapa aja warga yang terpapar COVID-19-19. Karena banyak juga warga Indonesia yang tinggal di Belanda ini tidak ada datanya dalam database kami. Seperti pekerja undocumented, kita nggak tahu jumlahnya berapa banyak. Paling tidak, hanya mereka yang terdaftar di IMWU saja yang kami ketahui keberadaannya. Begitu juga dengan student. Kita bisa mendapat infonya melalui PPI Belanda. Meskipun itu juga ngga semuanya. Karena tidak semua student di sini juga anggota PPI,” tutur Lucky.
Tantangan kedua adalah soal distribusi. Kalau didatangi satu persatu tidak efisien. Kemudian KBRI Den Haag menggunakan kombinasi dari jaringan masyarakat. “Jadi kami mengirimkan bantuan kepada tiap perwakilan organisasi atau jaringan komunitas. Lalu, kami juga coba mengumumkan melalui media sosial, bagi siapa saja warga Indonesia yang terpapar COVID-19-19, silahkan ajukan permohonan bantuan ke KBRI. Nah jumlahnya jadi membludak. Ini juga agak sulit memantaunya,” kata Lucky.
Lucky menjelaskan, semua pendistribusian bantuan COVID-19 ini, harus jelas penerimanya. “Soalnya, karena pengadaan bantuan ini kan menggunakan uang negara, jadi kami juga sangat berhati-hati menggunakannya. Tentu harus ada akuntabilitinya (pertanggungjawabannya). Padahal setiap orang yang menerima bantuan harus ada feedback-nya,” jelas Lucky.
Secara formalitas, KBRI Den Haag meminta warga Indonesia yang terpapar COVID-19 ini mengajukan permohonan bantuan logistik melalui email. Kemudian dari email itu diproses, untuk kemudian bantuan yang dikirim melalui pos atau diantarkan langsung. Sejauh ini, yang lebih sering adalah mengantarkan langsung, karena selain bisa didokumentasikan, juga bisa sekalian melihat kondisi warga Indonesia, meskipun dari jauh. Jika sedang tidak ada orang di rumah, petugas akan meletakkan paket bantuan itu di depan rumahnya.
Awalnya, bantuan logistik bagi pasien COVID-19 ini, baru bisa dilaksanakan pada semester ke dua tahun 2020. Karena saat itu pemerintah pusat memberikan prioritas anggaran COVID-19 secara nasional.
Menurut lucky target warga Indonesia yang mendapat bantuan ini adalah mereka yang rentan secara ekonomi, dan tentu saja terkait COVID-19. Seperti mereka yang tinggal sendirian, yang kena PHK, tidak mempunyai pekerjaan, undocumented. Kalau stok logistik berlebih, petugas menyalurkannya ke jaringan komunitas yang rentan tadi.
Untuk pemberian bantuan kepada pekerja undocumented, bantuan ini didrop ke perwakilann IMWU (Indonesia Migrant Worker Union) di tiga kota besar, yakni Amsterdam, Den Haag, dan Rotterdam.
Menurut Erna, Koordinator IMWU Kota Amsterdam, bantuan ini sangat berarti buat pekerja migran undocumented di sini. “Alhamdullilah, baru kali ini kita mendapat perhatian dari KBRI. Sejujurnya, kami kaget juga dengan responnya yang cepat. Karena sebelumnya kami merasa dicuekkin, merasa berjuang sendirian. Tapi dengan adanya bantuan yang diantar langsung oleh petugas, membuat kami terharu,” kata Erna kepada Kabarbelanda.com.
Ayu, salah seorang WNI yang tinggal di Deventer juga merasakan perhatian pihak KBRI terhadap warganya. “Saya memang mengajukan permohonan bantuan lewat email, karena sebagai pasien COVID-19, saya dan suami tak boleh keluar rumah. Dan saya kaget dan terharu sekali, karena sehari kemudian ada seorang bapak dan seorang ibu yang mengantarkan paket bantuan ke Deventer, langsung dari Den Haag ke Deventer,” kata Ayu.
Lucky menuturkan, sekitar 350 paket sudah disalurkan kepada warga yang membutuhkan. Ada yang perorangan dan ada juga yang melalui 150 jaringan kelompok WNI di Belanda. Sampai berita ini diturunkan, penyaluran bantuan bagi pasien COVID-19 masih terus dibuka. Mereka yang memerlukan bantuan, bisa mengontak KBRI Den Haag melalui email bidkons@indonesia.nl.
Hand Sanitizer dan Masker Langka
Penyaluran bantuan logistik ini, di pertengahan tahun lalu, sekitar bulan Juni-Juli, mengalami sedikit kendala, karena ketersediaan masker, hand sanitizer, dan vitamin langka di pasaran.
Menanggapi hal itu, Lucky mengakui bahwa saat itu terjadi kelangkaan masker dan hand sanitizer di pasaran, padahal permintaan sedang tinggi-tingginya, terutama dari Persatuan Pelajar Indonesia (PPI). Meski ada warga yang menelpon langsung ke KBRI dan mengirim permintaan melalui email, namun KBRI saat itu tidak bisa berbuat apa apa.
“Tapi alhamdullilah saat ini logistik sudah cukup, dan kordinasi juga sudah menjadi lebih baik. Untuk mahasiswa melalui PPI kami bekerja sama dengan atase pendidikan dan kebudayaan, dan bagian supporting unit logistik dan tata usaha,” ujar Lucky menambahkan. [KabarBelanda]
Leave a Reply