Ketaatan dan Kualitas Hidup

“Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan terangkatlah kamu, hai pintu-pintu yang berabad-abad, supaya masuk Raja Kemuliaan! “Siapakah Dia itu Raja Kemuliaan?” “TUHAN semesta alam, Dialah Raja Kemuliaan!” Sela Mazmur 24:9-10
Salah satu kata yang seringkali dianggap paling punya tanggung jawab rohani paling mendasar adalah ketaatan. Kata ini menjadi terasa begitu berat karena terkesan sedang membatasi diri kita dengan serangkaian peraturan-peraturan yang harus kita ikuti atau larangan/batasan-batasan yang harus kita jaga untuk tidak menerobosnya.
Kata ketaatan ini sering dimaknai dengan kewajiban-kewajiban yang harus kita penuhi dengan sebaik-baiknya. Seluruh makna ini memberi kesan bahwa ketaatan itu adalah hal yang sulit, berat dan tidak menyenangkan.
Sebenarnya makna dari ketaatan bukan sekedar peraturan, melainkan sebuah standart kualitas. Dalam kehidupan sehari-hari kita semua berharap mendapatkan produk barang atau layanan yang berkualitas.

Jika kita membeli barang, misalnya baju kita tentu berharap mendapatkan produk yang berkualitas. Demikian pula dengan pelayanan atau jasa, kita juga sangat mengharapkan mendapatkan kualitas pelayanan terbaik.

Dalam kehidupan sehari-hari kita kerap diminta melakukan proses evaluasi atau penilaian terhadap kualitas pelayanan yang kita terima, misalnya dengan memberi tanda bintang antara satu hingga lima. Selain itu kita sendiri juga selalu berusaha untuk menampilkan kualitas performa dan karya kita. Para pelajar berjuang menunjukkan nilai

terbaik, para pekerja berusaha menjadi pekerja dengan kualitas terbaik. Hal ini menunjukkan bahwa menjadi pribadi berkualitas tinggi adalah harapan dan perjuangan bukan tuntutan dan beban.
Firman Tuhan yang kita baca menunjukkan sebuah metafora atau penggambaran standart seperti sebuah gerbang (gate) kerajaan yang diangkat naik atau turun dan sang pribadi Raja Kemuliaan yaitu Allah sendiri digambarkan akan melewati pintu gerbang tersebut.
Adalah sebuah ketidak-elokan bagi sang Raja Kemuliaan untuk memasuki sebuah kerajaan dengan membungkuk karena gerbang yang terangkat rendah. Hanya dengan mengangkat gerbang sebagai simbol standart setinggi-tingginya, akan membuat Sang Raja Kemuliaan, kehormatan yang akan dapat masuk.
Dari penggambaran ini kita mempelajari bahwa ketaatan sebagai hidup berkualitas dengan standart yang dijunjung tinggi adalah sebuah kehormatan, dan perjuangannya adalah kegairahan bukannya beban. Sama seperti kita selalu mengharapkan kualitas yang makin lama makin baik, maka kesadaran ini diharapkan akan membuat kita juga memiliki kerinduan untuk menumbuhkan ketaatan, bahkan menjadikan ketaatan sebagai gaya hidup kita. 1 Petrus 1:14, “Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu.” Siap jadi pribadi berkualitas? Amin [HA]
Questions:
1. Sudahkah hidup Anda mempunyai standar Kerajaan?
2. Bagaimana Anda mendidik orang-orang sekitar Anda memiliki kehidupan dengan standar Kerajaan?
Values:
Ketaatan sebagai hidup berkualitas dengan standar yang dijunjung tinggi adalah sebuah kehormatan, dan perjuangannya adalah kegairahan bukannya beban.
Ketaatan adalah sebuah respon dari kesediaan hidup sesuai kualitas Allah dalam diri kita.

See also  Toxic Positivity

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*