Bersyukurlah Senantiasa dan Tuhan Pasti akan Mendengar Doa Kita

Anastasia Gerretsen

Syalom teman-teman apa kabar?

Saya ingin bersaksi bahwa dalam keadaan apapun, bersyukurlah senantiasa. Niscaya kehidupan akan berjalan dengan sendirinya tanpa kekurangan yang membuat kita sampai menderita.

Saya ingin bercerita tentang adik saya dan keluarganya. Mungkin cerita ini juga tidak istimewa karena saya juga tahu banyak keluarga-keluarga lainya di Indonesia mengalami hal yang sama.

Kami dari keluarga Jawa tetapi sejak lahir hingga besar hidup di Jakarta. Walaupun orang Jawa, karena jarang sekali pulang ke kampung  jadi tidak ada yang bisa berbicara Bahasa Jawa dengan baik.

Adik saya yang nomor 3 bernama Emilia sudah menikah dengan Leo (seorang laki-laki berdarah Cina). Mereka mempunyai seorang anak laki-laki yang di beri nama Jonathan dan panggilannya Jo.

Emilia lulusan SMEA dan suaminya Leo juga lulusan SMA. Sejak awal, kehidupan keluarga mereka sederhana saja. Tetapi mereka berdua masih bekerja. Kemudian terjadi krisis-krisis ekonomi di Jakarta dan mereka harus keluar atau kasarnya dikeluarkan dari pekerjaan. Mereka terus berusaha untuk tetap bekerja, apalagi setelah mereka mempunyai seorang anak. Leo, sang suami selama itu mendapat sedikit uang saku dengan membantu kakak-kakaknyanya. Untungnya keluarga mereka sangat dekat satu sama lainnya dan saling membantu walaupun tidak semuanya ada.

Bertahun-tahun mereka mencoba melamar, berbekal ijazah SMA. Dengan semakin bertambahnya usia mereka kehidupan sebenarnya sangat sulit. Iman mereka tetap teguh. Jo tetap mereka masukkan ke sekolah minggu. Di sekolah minggu terlihat jelas bahwa Jo sangat cerdas. Guru sekolah minggu ada yang bekerja sebagai guru di sekolah swasta katolik.

Jonathan ketika masih Sekolah Dasar

Melihat kecerdasan Jonathan, guru ini menganjurkan kepada orang tuanya untuk memasukkan Jo ke sekolah mereka. Karena itu sekolah swasta yang cukup baik, tentunya orang tuanya bingung. Sebagai kakak (apalagi yang tinggal di Eropa, walaupun belum bisa mempunyai penghasilan tetap) akhirnya sayapun membantu, dan mengatakan bahwa saya bantu untuk SD-nya saja. Tetapi bantuan saya waktu itu masih terlalu sedikit. Karena buat saya juga masih masa sulit.

Selama di SD, ternyata Jo selalu mendapat ranking teratas tiap tahunnya. Begitu lulus SD karena rankingnya bagus, gurunya meminta dia untuk tetap di sekolah itu. Nah waktu itu kehidupan sudah mulai sulit buat orang tua Jo. Mereka masih berunding dengan saya dan gurunya untuk masuk SMP negeri saja supaya lebih murah. Tetapi gurunya lebih memberi dukungan untuk meneruskan SMP disana karena tidak harus tes masuk lagi dengan nilainya yang tinggi. Sementara untuk masuk negeri yang bagus di daerah tempat tinggal mereka (daerah Bojong Gede, Bogor) akan mendapat saingan banyak.

See also  Wanita Misionaris dari London yang Luar Biasa di Tiongkok

Akhirnya dengan bantuan dana dan potongan-potongan beasiswa, Jo dapat melanjutkan sekolah di SMP tersebut dan Jo masih terus mendapat ranking. Sayapun mulai membantu biaya sekolahnya yang jika dibandingkan dengan uang sekolah swasta pada umumnya masih kategori lebih murah. Tetapi tetap saja mahal karena saya sebagai kakaknya akhirnya harus ikut memikirkan dan membantunya, kali ini lebih serius sekian ratus euro per-bulan harus di kirim untuk biaya sekolah Jo.

Ranking demi ranking membuat Jo juga mudah untuk mendapatkan sekolah berikutnya. Kali ini SMA. Jo dan orang tuanya juga sudah memikirkan untuk masuk SMA negeri. Tetapi dari hasil raportnya, Jo pun mendapatkan pilihan dua sekolah favorit. Yaitu Budi Mulia dan Regina Pacis.

Mereka pun tidak lupa berdoa untuk menentukan 3 pilihan. Melanjutkan sekolah ke SMA swasta yang mana dan atau ke SMA negeri saja. Jangan lupa bahwa orang tuanya masih tidak bekerja formal. Ibunya membuka warung kecil-kecilanan di depan rumah dan tiap hari minggu berdagang di depan gereja sambil mengikuti ibadah minggu.

Saya hanya memberikan biaya untuk sekolah Jo, tetapi untuk biaya kehidupan sehari-harinya harus mereka cari sendiri. Tetapi bagaimana? Pekerjaan semakin sulit. Untunglah saya sempat memberi sedikit kepada orang tua Jo untuk membuka warung yang lebih besar sedikit dan menjual sembako untuk masyarakat sekitar.

Jonathan berpose bersama ibunya, Emilia

Sedangkan papanya Jo ikut berjualan ikan hias di rumah, sesuai dengan hobi dan kemampuannya. Tetapi mereka tinggal di daerah yang agak masuk gang dan daya beli masyarakatnya sangat rendah, di samping masjid dan lingkungannya 90% Muslim. Masih untung kalau anak-anak mereka masih bisa jajan di warung mereka.

Di samping mereka tinggal nenek Jo yang juga ibunda kami yang semakin mengalami Dementia. Karena semua anak dari ibunda kami tinggal jauh dan merantau untuk mengubah nasib, akhirnya saya meminta Emilia, ibunda Jo untuk juga menjaga dan merawat nenek Jo tentunya dengan timbal balik, saya akan membayar biaya sekolah Jo sampai lulus SMA. Untunglah nilai-nilai Jo masih tetap baik dan masih tetap menduduki rangking.

See also  Wanita Misionaris dari London yang Luar Biasa di Tiongkok

Tahun 2021 ini Jo lulus SMA. Sebenarnya saya tidak bisa lagi membiayai Jo ke perguruan tinggi. Di Belanda saya juga masih kerja kontrak. Entah bisa mendapat pekerjaan tetap atau tidak nantinya. Jadi saya juga memberi pengertian pada mereka bahwa saya tidak sanggup membiayai ke perguruan tinggi. Apalagi swasta. Mereka pun mengerti situasi saya.

Dua tahun ini pandemi Covid tidak dapat dihindarkan. Situasi ekonomi dimana-mana membuat perekonomian menjadi mundur. Termasuk dalam hal ini warung Emilia. Kebetulan walaupun sebagai pekerja kontrak, sayapun masih bisa bekerja dan karena tidak bisa kemana-mana dan juga tidak bisa pulang ke Indonesia, serta toko-toko semua tutup, saya bisa menyisihkan gaji  untuk  bisa menolong Emilia, dengan cara saya meminta Emilia membuat paket-paket sembako kecil dari warungnya.

Warung usaha milik Emilia, ibu dari Jonathan

Paket-paket itu saya beli untuk membantu beberapa teman-teman dan keluarga yang kurang mampu. Dari situ saya sekaligus bisa membantu beberapa orang. Emilia mendapat uang dan sayapun bisa membantu yang kurang mampu.

Sementara cerita ini di buat, Jo akan lulus SMA bulan juli 2021. Jo sebagai anak muda yang dinamis dan berambisi, ingin sekali melanjutkan ke perguruan tinggi. Dia hanya ingin belajar tentang komputer. Tetapi sayangnya Jo tidak lulus dari penerimaan sekolah untuk mendapatkan beasiswa maupun program ikatan dinas yang dia inginkan.

Saya meminta kepada Jo dan orang tuanya untuk tidak berkecil hati dan banyak berdoa. Karena kalau tidak lulus di sana kami yakin bahwa Allah Bapa di surga menginginkan Jo untuk mengambil jalan lain.

Akhirnya saya mendengar kabar bahwa Jo diterima di sebuah perguruan tinggi swasta. Mungkin bukan perguruan tinggi yang dia inginkan tetapi masih termasuk perguruan tinggi yang baik dari urutan untuk program komputer.

Masalahnya sekarang, Perguruan Tinggi ini adalah perguruan tinggi swasta. Mungkin saya bisa membantunya untuk biaya 1x tiap semester. Tetapi bagaimana selanjutnya? Entahlah tidak ada yang tahu. Tetapi Jo masih akan berusaha melakukan 1 jalan lagi, yaitu tes masuk ke perguruan tinggi di Surabaya dan atau Bandung yang urutan fakultasnya di bidang komputer masih diatas PT yang sudah didapatkannya, tetapi yang penting perguruan tinggi negeri. Dengan harapan biayanya akan lebih mudah, walaupun belum memikirkan bagaimana dengan biaya penginapannya nanti kalau harus pergi jauh dari orangtuanya.

See also  Wanita Misionaris dari London yang Luar Biasa di Tiongkok

Dari pengalaman-pengalaman hidup tersebut di atas, saya selalu memberi harapan pada saya sendiri dan juga pada mereka, bahwa kita selalu harus berusaha dan berdoa. ORA ET LABORA. Kita lihat nanti apa yang akan terjadi. Yang jelas saat ini saya ikut membantu mereka ikut mempromosikan penjualan sembako mereka. Karena saya yakin, sembako adalah kebutuhan pokok keluarga di manapun. Masa sih tidak ada yang butuh.

Mengapa saya menjualnya dari Eropa, karena saya juga tahu dan kalau mau jujur, banyak orang juga ingin memberikan secercah kasih Allah kepada mereka yang memerlukan yang mempunyai pemikiran sama dengan saya bahwa saya tidak akan bisa memberikan uang.

Leo, ayah Jonathan, membuka usaha rumahan, pelanggannya anak-anak sekitar rumah.

Tetapi sembako selain pemberian jasmani, justru akan mendidik rohani mereka bahwa uang bukanlah segala-galanya. Kita bisa memberi apa saja sebagai tanda ada harapan. Bahwa Allah Bapa akan menjaga kita melalui tangan-tangan orang-orang di lingkungan kita. Itulah sebabnya saya tetap tergerak untuk memberikan sembako yang saya beli dari adik saya sendiri untuk memberikan secercah harapan pada lingkungan saya.

Saya juga berharap bahwa sembako yang saya promosikan di Eropa juga akan melahirkan sinar-sinar baru buat mereka yang memerlukan. Saya yakin bahwa Allah benar-benar hadir di antara kita.

Di samping itu, sebagai sang kakak, dulu sangat prihatin apakah saya bisa menolong sekolah keponakan saya di sekolah yang baik? Sampai saat ini saya masih bisa bersyukur bahwa rejeki saya sejak masa kanak-kanak Jo juga semakin di kuatkan oleh Bapa Yang Kudus. Semoga untuk kuliah Jo, saya semakin di kuatkan untuk membantu orangtua Jo dan juga saudara-saudara lainnya. Saya juga berharap bahwa orang tua Jo juga semakin percaya bahwa jika Allah berkenan semua akan terwujud.

 

Anastasia Gerretsen

 

Bagi pembaca Aquilanews.net yang ingin berbagi kasih untuk membantu keluarga-keluarga di Indonesia dengan membagikan paket sembako, dan membantu juga Jonathan dapat emnghubungi ibu Anastasia Gerretsen melalui +31 63 47 66 241

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*