Habis Akal Namun Tidak Putus Asa

“Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa”2 Korintus 4:8.
Pada masa Paulus, ternyata ada saja pengkhotbah-pengkhotbah yang memiliki motivasi yang tidak jelas. Mereka hanya ingin memiliki banyak pengikut.
Paulus menyadari bahwa pelayanan itu diterima karena kemurahan Allah, artinya bukan karena kemampuan diri Paulus sendiri. Itu sebabnya yang diberitakan Paulus dalam pelayanannya adalah Yesus Kristus.
Itulah fokus pemberitaannya, bukan yang lain, dan juga bukan dirinya. Ini penting, karena banyak pengkhotbah yang berbicara tentang pengalamannya sendiri, tentang keluarganya, tentang keberhasilannya. Mungkin bagi sebagian pendengar, hal ini akan menyentuh hati. Namun masalahnya, pengkhotbah semacam ini tidak membawa orang kepada Kristus, yang menyelamatkan dirinya.
Dalam hidup ini manusia diciptakan dengan akal dan kemampuan yang terbatas. Sebab itu sepandai-pandainya seseorang pasti pada suatu titik tertentu dia akan mengalami yang namanya habis akal dan akan menghadapi sesuatu yang dia anggap sebagai jalan buntu.
Saat menghadapi masalah atau tantangan hidup yang berat, maka kebanyakan orang dapat menjadi tawar hati atau diliputi oleh kebimbangan. Tetapi sebagai orang percaya, dalam keadaan apa pun termasuk ketika kita sudah habis akal, kita tidak boleh putus asa.
Mengapa? Karena Tuhan yang kita percayai adalah Tuhan yang tidak terbatas, dimana kuasa dan mujizat-Nya tidak pernah dapat dibatasi oleh apa pun juga. Dia sanggup mengubah segala kemustahilan. Tuhan selalu mempunyai banyak cara dan jalan untuk menembus setiap kesulitan yang kita hadapi. Sebab itu jangan kuatir atau bimbang, tetapi serahkan semuanya kepada Tuhan dan izinkan Dia bekerja bagi kehidupan kita.
Yesus sanggup memberikan hikmat bagi kita di saat segalanya terasa buntu dan tidak ada jalan keluar, terutama bagi kita yang meminta kepada-Nya. Hikmat Tuhan selalu tersedia bagi setiap kita yang membutuhkannya. Yakobus 1:5 “Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, –yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit, maka hal itu akan diberikan kepadanya.”
Kita bisa menikmati jamu yang pahit, mengapa kita tidak bisa menerima firman Tuhan yang menegor kita walau sepahit apa pun? Mari belajar rendah hati untuk menerima hal-hal yang ‘pahit’ dalam kehidupan kita. Amin. [AU]
Questions:
1. Apakah Anda pernah kehabisan akal saat dalam pergumulan? Bagaimana tindakan Anda?
2. Nilai seperti apa yang bisa Anda pelajari dari seorang Paulus dalam hal pelayanannya?
Values:
Jadilah seperti Paulus, seorang hamba Tuhan sejati yang mengalami banyak penindasan dan penderitaan, namun ia tidak habis akal dan tidak putus asa.
Kerendahan hati adalah kunci untuk bisa menyikapi dengan benar setiap kondisi pahit yang terjadi dalam kehidupan kita.

See also  Faktor X

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*