Berjalan di Atas Air

“Kira-kira jam tiga malam datanglah Yesus kepada mereka berjalan di atas air.” Matius 14:25
Salah satu kisah menarik mengenai mujizat yang dilakukan Yesus ketika Ia hidup di bumi adalah kisah ketika Ia berjalan di atas air. Kisah ini dicatatkan dalam kitab Matius, Markus dan Yohanes, namun yang lebih detail menceritakannya adalah kitab Matius. Kisah ini terjadi persis setelah Tuhan mengadakan mujizat pelipatgandaan, yaitu memberi makan lima ribu orang laki-laki_ (Matius 14:13-21).
Sudah menjadi kebiasaan dari Yesus bahwa Ia selalu menyempatkan diri untuk berdoa seorang diri, sementara murid-murid-Nya telah Ia suruh untuk pergi mendahului-Nya. Ini menunjukkan bahwa betapa Ia sangat menghargai waktu khusus untuk bisa berdoa kepada Allah Bapa seorang diri tanpa gangguan, bahkan sampai malam hari. Setelah selesai berdoa barulah Yesus mendatangi murid-murid-Nya yang saat itu masih berada di perahu di tengah danau.
Perahu murid-murid-Nya saat itu dalam keadaan yang tidak mengenakkan karena sedang diombang-ambingkan oleh gelombang akibat angin sakal, yaitu angin yang bertiup dari arah berlawanan dengan arah kapal, maksudnya dari arah haluan kapal, sehingga menyebabkan kapal tidak dapat maju. Lalu Yesus mendatangi mereka dengan berjalan di atas air, namun murid-murid- Nya menyangka Yesus sebagai hantu sampai mereka berteriak ketakutan. Yesus pun menenangkan mereka dengan menyatakan siapa diri-Nya dan agar mereka jangan takut.
Petrus kemudian merasa tertantang bahwa jika itu benar gurunya maka ia pasti juga bisa berjalan di atas air seperti gurunya. Ia pun berseru agar Yesus menyuruhnya berjalan di atas air. Lalu Yesus menyuruh Petrus untuk mendatangi-Nya. Awalnya Petrus sempat menjejakkan kakinya dan berjalan di atas air, namun karena tiupan angin Petrus kembali menjadi takut dan mulai tenggelam.
Untung saja ia sempat berseru minta pertolongan kepada Yesus, dan Yesus pun mengulurkan tangannya sehingga mereka bisa kembali naik ke perahu, lalu angin pun menjadi reda.
Dari kisah ini kita dapat memetik beberapa pelajaran penting, yaitu: pertama, kita harus selalu memiliki waktu khusus untuk bisa berdoa kepada Allah Bapa seorang diri tanpa gangguan. Seberapa hebat mujizat yang Yesus lakukan, Ia selalu pasti akan pergi berdoa sendirian, karena Ia tahu lewat doa Ia sedang membangun hubungan dengan Allah Bapa sang empunya mujizat.
Kedua, kadang ketika sedang melakukan perintah Tuhan kita harus juga menghadapi “angin sakal”, yang membuat hidup kita tidak enak. Namun kita harus tahu bahwa Tuhan selalu hadir dan tidak pernah meninggalkan kita. Kehadiran-Nya membawa ketenangan di tengah badai.
Ketiga, sekalipun murid-murid Yesus selalu bersama Yesus, ternyata saat dalam badai dan kegelapan mereka menyangka Yesus sebagai hantu, sehingga Yesus kemudian menyatakan siapa diri- Nya. Kita butuh keintiman dengan Tuhan sehingga dalam keadaan badai sekalipun kita tetap tahu bahwa Ia hadir dan tidak pernah meninggalkan kita sendirian.
Keempat, sebagaimana yang dialami Petrus, ketika kita harus melakukan sesuatu yang mustahil, seperti berjalan di atas air, akan ada angin yang bertiup yang membuat kita menjadi bimbang. Janganlah kita menjadi bimbang, tetapi pandanglah kepada Yesus agar kita tetap percaya kepada-Nya. Hanya dengan percaya saja maka kita dapat melakukan apa yang Ia perintahkah sekalipun nampak mustahil. Amin! [YMH]
Question:
1. Pernahkan saat melakukan perintah Tuhan Anda merasa sendirian terombang-ambing dalam badai?
2. Kapan Anda merasakan kehadiran Yesus yang menenangkan Anda?
Values:
Warga Kerajaan Allah yang sejati adalah pribadi yang siap untuk melakukan perintah sang Raja sekalipun harus melewati laut yang bergelombang.
Kingdom Quote:
Tetapi segera Yesus berkata kepada mereka: “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!” (Matius 14:27)

See also  Stay Humble

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*